Text
DISERTASI: KEPEMIMPINAN DI KERAJAAN BALANIPA DALAM PERSPEKTIF SOSIAL POLITIK ISLAM
Kepemimpinan sosial-politik di Kerajaan Balanipa sangat dipengaruhi sejarah terbentukannya dan hubungan dengan beberapa kerajaan-kerajaan besar yang ada di Sulawesi Selatan, juga terpengaruh dengan penetrasi yang dilakukan bangsa penjajah ke tanah Mandar. Penelitian ini menggunakan konsep kepemimpinan kerajaan dengan pendekatan sejarah, waktu kolonialisasi serta masuknya paham Islam di beberapa kerajaan di Sulawesi Selatan. Dengan Menggunakan beberapa teori sejarawan, seperti Ahmad Sewang, Muhammad Daud Amin, Edwar Polinggomang dan beberapa kajian Naskah Kuno tentang mandar dan kerajaan Balanipa, seperti: Lontar to Napo, Luaor dan Mandar Balanipa.
Penelitian ini merupakan penelitian grounded research, yaitu berupa penelitian sejarah yang berupaya menggali kembali data serta sumber-sumber sejarah baik yang tertulis dalam beberapa buku dan naskah klasik seperti naskah Lontarak tanah Mandar, dan secara tutur, berupa cerita-cerita dan persaksian oleh para tokoh sejarah di tanah Mandar dan banyak mengetahui tentang sejarah kerajaan Balanipa. Untuk mengkaji tentang kepemimpinan di kerajaan Balanipa perspektif Islam dan Sosial Politik, tentunya perlu pemetaan sumber dan data yang diperoleh, sehingga diperoleh kemudahan dalam membacanya. Salah satu metode pemetaan data dan sumber dalam penelitian ini yang digunakan adalah metode heuristik, berupa mencari dan mengumpulkan sumber-sumber sejarah dan mengklasifikasinya menurut jenisnya, berdasarkan sifatnya yang terdiri dari sumber primer dan sekunder. Adapun yang merupakan sumber primer dalam penelitian ini berupa buku-buku sejarah tentang kerajaan Balanipa, sebagian naskah klasik Lontarak, dan beberapa penelitian terdahulu yang relevan seperti: Muhammad Amir, “Gerakan Mara‟dia Tokape di Mandar”, Ahmad Asydi, “Balanipa Mandar Kemarin, Hari ini, dan Esok”, Muhammad Aswan, “Hubungan Politik Mandar dengan Bone”, Syah Azis, “Lontarak Pattodioloang di Mandar, Jilid I,” Bahtiar, "Kerajaan Sendana: Kindo Persekutuan Pitu Babana Binanga dan beberapa penelitian dan referensi lainya. Sementara sumber primer adalah berupa hasil wawancara dan tutur sejarah yang diperoleh dari beberapa tokoh masyarakat dan turunan pelaku sejarah yang masih hidup.
Hasil analisis menunjukkan bahwa wacana mengenai sejarah kerajaan di Mandar dimulai dari terbentuknya kerajaan Balanipa pada pertengahan abad ke-16, sekalipun terdapat suatu kerajaan besar yang menonjol sebelumnya yaitu Kerajaan Passokkorang (di Mapilli, Polman) dan Kerajaan Baras (di Pasangkayu, Mamuju Utara). Adapun penobatan raja sebagai pemimpin serta pengangkatan Raja di kerajaan Balanipa, memiliki syarat-syarat yang ketat, salah satunya aalah untuk menjadi raja, wajib mewariskan suatu nilai tentang prinsip-prinsip kepemimpinan yang harus mendahulukan kepentingan rakyat terutama yang berkaitan dengan kehidupan ekonomi, sosial kemasyarakatan, keamanan dan ketertiban masyarakat. Nilai kepemimpinan ini mulai meletakkan dasar-dasar kehidupan beragama karena Raja Balanipa Pertama, Daengta adalah raja yang pertama kali memeluk Islam.
Kepemimpinan politis berjalan di kerajaan Balanipa setelah dilaksanakannya muktamar Tammejarra I, maka di bagian pegunungan daerah Mandar terbentuk juga persekutuan tujuh buah kerajaan yang bernama Pitu Ulunna Salu. Secara politis, posisi Karua Tiparitti'na Uhai adalah sebagai penyokong atau penyangga Pitu Ulunna Salu, sementara pengaruh kepemimpinan Islami di kerajaan Balanipa diperoleh dari pengaruh dari kerajaan luar yang sudah memiliki perjanjian dan hubungan kerjasama, yaitu dari kerajaan Gowa, Luwu dan Bone. Dalam penelitian ini pula ditemukan bahwa kerajaan Balanipa di masa jayanya sudah meletakkan dasar-dasar kenegaraan dan kemasyarakatan yang merupakan dasar terlaksananya kepemimpinan sosial-politik di tanah Mandar, serta terjalinya hubungan bilateral, baik perdagangan dan pertukaran budaya, disinilah kepemimpinan di Mandar pertama kali bersentuhan dengan Islam
Key word: Kepemimpinan, Sosial Politik, Islam
Tidak tersedia versi lain