Text
DISERTASI: REKONSTRUKSI PEMIKIRAN POLITIK SYIAH; REORIENTASI TAQRI>B SUNNI-SYI’AH DALAM RANAH POLITIK
Disertasi yang berjudul “Rekonstruksi Pemikiran Politik Syi’ah: Reorientasi Taqri>b Sunni-Syi’ah dalam Ranah Politik” untuk menjawab masalah yang terumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimana Rekonstruksi pemikiran politik Syi’ah dari tinjauan Syi’ah Mazhab, Politik dan Syi’ah Teologi? 2. Bagaimana Gerakan dan Kompetisi Politik Syi’ah Pasca Arab Spring? dan 3. Bagaimana prospek Taqri>b Sunni-Syi’ah dalam ranah politik. Penelitian disertasi ini dilatarbelakangi masih berlajutnya konflik sektarian di kawasan Timur Tengah, khsusunya di beberapa negara Arab, sekalipun upaya taqri>b antarmazhab tetap dilakukan melalui pendekatan pemahaman mazhab. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana kegagalan pendekatan pemahaman mazhab dalam proses taqri>b antarmazhab dan pentingnya mereoritentasi taqri>b Sunni-Syi’ah dalam ranah politik dengan berangkat dari sejarah rekonstruksi pemikiran politik Syiah.
Disertasi ini menggunakan metode kualitatif deskriptif analitik dengan pendekatan library research. Data yang dihimpun adalah informasi dan dokumen yang terkait dengan rekonstruksi politik Syi’ah secara umum, guna memperoleh gambaran komprehensif mengenai langkah-langkah idiologi politik Syi’ah dan perkembangan geopolitik dan idiologinya dikaitkan dengan konflik ideologi Sunni-Syiah di beberapa negara di kawasan Timur Tengah yang memengaruhi prospek taqri>b antarmazhab di masa mendatang.
Hasil penelitian ditemukan adalah sebagai berikut; Pertama, Dalam sejarah rekonstruksi pemikiran politik Syi’ah, para mujtahid Syi’ah telah mampu menggeser sistem politik klasik yang baku tentang keyakinan al-Imamah al-Ilahiyah yang hanya dipegang oleh keturunan Rasulullah swt., menjadi sebuah kepemimpinan teodemokrasi melalui konsep wila>yah al-Faqi>h yang diterapkan di negara Republik Islam Iran dari tahun 1979. Kedua, Intensitas konflik yang memanas antara Sunni dan Syi’ah, khususnya di Irak, Suriah dan Yaman masih bergejolak hingga saat ini. Keterlibatan Iran dalam upaya hegemoni dunia Arab mengundang reaksi yang beragam, tidak terkecuali Amerika Serikat yang sejak awal telah menancapkan pengaruhnya di kawasan. Iran dan rival politiknya akan menggunakan sentimen pertentangan sektarian Sunni-Syi’ah untuk memperluas pengaruhnya di Timur Tengah. Ketiga, kegagalan upaya taqri>b Sunni-Syi’ah selama ini karena menggunakan pendekatan mazhab, padahal perbedaan Sunni-Syi’ah tidak hanya pada masalah furu>’iyah, tapi juga teologi. Karena itu, solusi tepat adalah pendekatan politik al-Taa>yusy (koeksistensi) dalam bentuk kesiapan hidup berdampingan antarpemeluk mazhab tanpa mempertimbangkan perbedaan.
Implikasi dari penelitian ini adalah : 1) Upaya pembuktian tentang kebenaran doktrin mazhab tertentu dan batilnya doktrin mazhab lainnya sudah harus dihindari, sebab doktrinitas agama adalah wilayah sakral dan sangat sensitif, sehingga persinggungannya bisa mengantarkan peperangan. 2) Terdapat pihak tertentu semakin memperuncing konflik historis Sunni-Syi’ah yang tidak lagi relevan untuk diungkit, baik karena rentang waktunya yang cukup panjang hingga 14 abad yang lalu, juga mustahil untuk dikembalikan haknya jika terdapat hak yang dirampas. 3) Pentingnya membangun kesepahaman pandangan antarpemeluk mazhab tentang umat yang satu, diikat oleh keyakinan akan Tuhan, Nabi dan al-Qur’an yang sama, sehingga segala perbedaan bisa ditanggalkan. Dan kepada seluruh pemeluk mazhab untuk menunjukkan komitmen menghormati idiologi dan simbol-simbol yang disakralkan oleh masing-masing faksi serta mengedepankan politik koeksistensi yaitu; hidup berdampingan secara harmonis, menerima perbedaan furu>’iyah atau bahkan akidah serta berinteraksi satu sama lain atas dasar mutual interest (kepentingan bersama).
Kata kunci: Sunni, Syi’ah, Politik, Mazhab, Teologi, Taqri>b.
Tidak tersedia versi lain