Text
DISERTASI: Analisis Kritis terhadap Pemikiran Qasim Amin tentang Emansipasi Wanita
Disertasi ini membahas tentang Analisis Kritis terhadap Pemikiran Qasim
Amin tentang Emansipasi Wanita dengan memunculkan tiga sub masalah yaitu:
1. Bagaimana konsep emansipasi wanita? 2. Bagaimana gagasan pemikiran
Qasim Amin tentang emansipasi wanita? 3. Bagaimana model analisis kritis
terhadap pemikiran Qasim Amin tentang Feminis Movemement? Adapun tujuan
dari penelitian ini adalah untuk: 1. Mengetahui konsep emansipasi wanita. 2.
Mengelaborasi gagasan pemikiran Qasim Amin tentang emansipasi wanita. 3.
Menganalisa dan mengkritisi pemikiran Qasim Amin mengenai Feminis
Movement.
Jenis penelitian ini adalah kualitatif desktiptif analitik. Jenis penelitian
ini mengambil model kajian tokoh sekaligus kategori kajian kepustakaan (library
research). Pengumpulan data menggunakan studi dokumentasi. Sumber
primernya adalah buku karya Qasim Amin yaitu Tahrir al-Mar’ah dan al-Mar’ah
al-Jadidah. Sedangkan sumber sekundernya adalah karya tulis yang berisi
gagasan sekunder yang materi kajiannya berkaitan dan ada relevansinya dengan
tema kajian. Data yang dihimpun dianalisis dengan menggunakan analisis teks/isi
(content analysis).
Hasil penelitian menujukkan bahwa: 1). Konsep emansipasi wanita adalah
sebuah gerakan yang bertujuan untuk memastikan kebebasan pemenuhan diri dan
pengembangan diri bagi wanita serta akses yang setara ke sumber daya domestik
dan masyarakat atau dengan kata lain kesetaraan wanita dengan laki-laki dalam
pemenuhan seluruh hak dan kewajiban baik dalam ranah privat maupun dalam
ranah publik. 2). Gagasan emansipasi wanita Qasim Amin berawal dari rasa
ketidakpuasannya melihat realitas sosial kaum wanita di Mesir. sebuah realitas
yang menurutnya diciptakan karena adanya sakralisasi yang berlebihan dalam
memisahkan antara unsur-unsur ajaran murni Islam dengan unsur yang non-
Islam. Selain itu juga, disebabkan adanya kesalahan dalam memahami dan
menginterpretasi teks al-Qur'an dan Hadits, khususnya teks yang berbicara
tentang perempuan, peran gender dan relasi antara laki dengan wanita. Untuk
menyiasati realitas sosial seperti ini, Qasim Amin menawarkan dua alternatif yaitu: Pertama, ia menawarkan perlunya dilakukan upaya mengembalikan
persoalan wanita kepada apa yang dipandangnya sebagai visi ideal Islam. Kedua,
ia memilih untuk memberikan pendidikan kepada kaum wanita sebagai jalan
menuju perwujudan visi ideal Islam yang ia pahami. di samping itu, cara inilah
yang diyakininya sebagai salah satu bentuk terobosan baaru demi mengangkat
harkat dan martabat bangsa Mesir menjadi sebuah bangsa yang maju dan
modern. Jika dilihat dari cara kerja pembaharuannya, Qasim Amin lebih
cenderung menggunakan pendekatan kultural ketimbang pendekatan struktural.
Adapun indikasinya adalah pentingnya pemenuhan akses pendidikan bagi kaum
wanita dalam rangka pembebasan diri dari hegemoni kaum lelaki. 3). Analisis
kritis pemikiran Qasim Amin terlihat dalam hal pembebasan perempuan. Dan
pemikiran feminis Qasim Amin digolongkan dalam reformis liberalis. Pada saat
yang sama, Qasim Amin menempuh cara menafsirkan kembali (reinterpretasi),
dengan jalan mengkritisi, ‚dekonstruksi‛ dan rekonstruksi terhadap syariatsyariat
Islam yang menjadi pemicu timbulnya diskriminasi dan subordinasi
terhadap perempuan. Adapun bentuk analisa kritis dapat dilacak dalam dua hal
yaitu tentang hijab dan poligami.
Implikasi dari penelitian ini yaitu: 1). Perlu ada kajian secara
komprehensif mengenai konsepsi emansipasi wanita yang dibarengi dengan
refleksi dan analisa wacana atas konsep itu. 2).Model-model usaha Qasim Amin
dalam hal pembebasan kaum wanita kelihatannya sudah tidak begitu menemukan
momentum dan relevansinya lagi, sebab bagi kita yang hidup pada era globalisasi
ini, pembebasan perempuan dari ‚penjara‛ rumah dan perjuangan kaum
perempuan untuk menikmati pendidikan bukalah hal yang sulit untuk didapat. Di
segala lini kehidupan, perempuan sudah mulai diperhitungkan. Artinya,
diskriminasi kaum perempuan dan subordinasi kaum lelaki yang mencolok dan
dirasakan oleh masyarakat semasa hidup Qasim Amin, saat ini sudah berangsurangsur
punah. Walaupun tidak menutup kemungkinan masih ditemukan tradisitradisi
tersebut dalam kehidupan sosial. Oleh karena itu, agenda yang mungkin
masih relevan saat ini adalah ‚pemberdayaan kaum perempuan‛ bukan lagi
‚pembebasan kaum perempuan‛ seperti perjuangan Qasim Amin dan tokohtokoh
feminis yang lain pada zamannya.3) Ide-ide pembaruan Qasim Amin bukan
hanya sekedar kita mengambil model-model materialistis usahanya, namun spirit
pembaruan dan pencerahan masyarakat yang senantiasa diperjuangkannya. Di
samping itu, kita harus bisa menghidupkan kembali ruh perjuangannya sesuai
dengan konteks zaman yang ada.
Tidak tersedia versi lain