Text
DISERTASI: PROBLEMATIKA KAPASITAS PONDOK PESANTREN DI KOTA JAYAPURA (Membangun Pendidikan Islam di Tengah Keterbatasan)
Penelitian ini membahas masalah, yaitu: 1) Bagaimana profil tiga pondok
pesantren di Kota Jayapura, 2) Bagaimana realitas historis pendirian tiga pondok
pesantren di Kota Jayapura, 3) Bagaimana keterpenuhan kapasitas tiga pondok
pesantren di Kota Jayapura, 4) Bagaimana realitas pembelajaran berbasis
kapasitas pada tiga pondok pesantren di Kota Jayapura, dan 5) Bagaimana ragam
kendala pengembangan dan solusinya pada tiga pondok pesantren di Kota
Jayapura.
Jenis penelitian ini adalah deskripsitif kualitatif, dilakukan pada sumber
data primer dan sekunder dengan pendekatan naturalistik dari perspektif
metodologis, sosiologi pendidikan dan psikologi pendidikan dari perspektif
keilmuan dengan menggunakan pedoman wawancara, lembar obervasi, dan
perangkat dokumentasi sebagai instrumen untuk mengumpulkan data yang diolah
dan dianalisis dengan teknik reduksi data, penyajian data, dan konklusi data,
serta diuji keabsahannya dengan teknik triangulasi dan perpanjangan
pengamatan.
Hasil penelitian ini dapat dideskripsikan sebagai berikut: 1) Profil tiga
pondok pesantren di Kota Jayapura, menggambarkan sejarah berdirinya, visi dan
misi, kondisi tenaga pendidik, jenjang pendidikan, fasilitas, penyelenggaraan, dan
struktur organisasi yang memiliki kesamaan pada ciri utama pondok pesantren,
yaitu pembina yang menggantikan peran kiai sebagai sentral figur yang
kharismatik, didirikan oleh tokoh masyarakat secara swadaya, fasilitas
pendidikan dan tenaga pendidik yang terbatas, visi dan misi yang membawa
risalah Islam, dan struktur organisasi yang ramping, 2) Realitas historis pendirian
tiga pondok pesantren di Kota Jayapura menggambarkan latar belakang dan
tujuan pendiriannya, serta tipologi yang berbeda satu sama lain, disebabkan
corak Pondok Pesantren Darul Maarif dan Hidayatullah yang bertipologi
berkembang, sedangkan al-Muttaqin yang termasuk pondok pesantren modern, 3)
Keterpenuhan kapasitas tiga pondok pesantren di Kota Jayapura digambarkan,
bahwa aspek kiai yang tidak ditemukan pada tiga pondok pesantren tersebut,
santri dari latar belakang keluarga sederhana yang mukim, sarana dan prasarana
pendidikan yang dibangun permanen dari bahan alam dengan kapasitas yang
terbatas pada jumlah yang belum memadai, serta kurikulum yang mengacu pada
Kementerian Agama, 4) Realitas pembelajaran berbasis kapasitas pada tiga
pondok pesantren di Kota Jayapura menunjukkan penggunaan metode melalui
sistem klasikal secara formal, dan pembelajaran takhassus yang mengkaji kitabkitab
Islam klasik sehingga meningkatkan kemampuan santri menghafal Alquran,
penguasaan bahasa Arab dan bahasa Inggris, serta penguasaan baca kitab dalam
jumlah terbatas, dan 5) Terdapat ragam kendala pengembangan tiga pondok
pesantren di Kota Jayapura, baik kendala secara internal berupa ketersediaan kiai yang digantikan oleh pimpinan dan pengasuh pondok, serta ketersediaan asrana
dan ruang kelas yang belum mencapai jumlah ideal, maupun kendala secara
eksternal berupa perhatian pemerintah dan masyarakat nonmuslim yang kurang,
penduduk asli muslim Papua dan pendatang muslim yang memadai sebagai
donatur tetap, serta persepsi masyarakat yang beragam tentang pendidikan Islam
yang tertuang dalam Undang-Undang Otonomi Khusus Papua yang dapat diatasi
dengan peningkatan kualitas pendidikan Islam dari aspek santri, tenaga pendidik,
sarana dan prasarana pendidikan, serta struktural dan kultural secara bertahap,
bersinambungan, dan swadaya.
Implikasi penelitian, yaitu: 1) Profil tiga pondok pesantren di Kota
Jayapura yang menggambarkan potret pondok pesantren yang menyelenggarakan
pendidikan Islam di tengah keterbatasan tersebut, mengharuskan pemanfaatan
sumber daya, baik sumber daya alam maupun sumber daya manusia yang terbatas
secara optimal, 2) Realitas historis pendirian tiga pondok pesantren di Kota
Jayapura dengan tipologi yang berbeda menyebabkan pengelolaan pendidikan
Islam yang berbeda pula sehingga perlu pembinaan dan perhatian pemerintah
khususnya dalam membentengi penyebaran paham radikalisme dan inklusivisme,
3) Keterpenuhan kapasitas tiga pondok pesantren di Kota Jayapura yang terbatas
mengisyaratkan pentingnya upaya membangun pendidikan Islam secara bertahap
dan bersinambungan melalui swadaya dan kerja sama semua pihak, 4) Realitas
pembelajaran berbasis kapasitas pada tiga pondok pesantren di Kota Jayapura
yang menyelenggarakan pendidikan nasional dan takhassus memerlukan
pengembangan metode yang efektif dan efisien sesuai kondisi lingkungan pondok
pesantren, dan 5) Pengembangan tiga pondok pesantren di Kota Jayapura yang
kurang mendapat perhatian pemerintah dan masyarakat nonmuslim, memerlukan
upaya peningkatan kualitas pendidikan Islam dalam berbagai aspek.
Tidak tersedia versi lain