Text
TESIS: TAFSIR AYAT- AYAT ‘ITĀB DALAM AL-QUR’AN
Tesis ini membahas beberapa ayat dari al-Qur’an yang menjelaskan akhlak Nabi Muhammad saw. Ayat yang dimaksud dikenal dengan istilah ayat ‘Itāb atau ayat-ayat tentang teguran. Penelitian akan ayat ‘Itāb memberikan informasi tentang Nabi Muhammad saw. yang berdasarkan perspektif al-Qur’an, juga mampu memberikan gambaran terhadap umat muslim akan tujuan dari ayat-ayat tersebut.
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Jenis penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan (library research) dengan pendekatan yang digunakan adalah pendekatan tafsir, historis dan yuridis. Metode pengumpulan data penelitian ini adalah mengikuti jenis penelitian yang digunakan, yaitu penelitian kualitatif. Dalam hal ini pengumpulan data dilakukan dengan menelusuri literatur buku-buku serta hasil-hasil penelitian baik dari data primer maupun sekunder yang berkaitan dengan judul kemudian menelaah data-data tersebut.
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa ayat-ayat ‘Itāb dalam al-Qur’an terklasifikasi dalam beberapa bentuk, yaitu: Pemberian izin untuk tidak ikut berperang, Mengharamkan sesuatu yang dihalalkan, Memalingkan wajah, Tawanan perang, Penerimaan Taubat, Ampunan dan siksa adalah aturan dari Allah swt., Keteguhan hati Rasulullah saw., Menyalatkan orang munafik, Perintah berhukum dengan apa yang diturunkan Allah. Ayat-ayat ini secara umum terbagi dalam dua bentuk ‘Itāb, yaitu: ‘Itāb halus dan ‘Itāb tegas. Yang akan menampakkan tingkatan teguran yang diberikan oleh Nabi Muhammad saw. dan objek dari teguran yang menampilkan objek material dari teguran Allah.
Ayat-ayat ‘Itāb yang berkaitan dengan penalaran individu Nabi Muhammad saw. bermanfaat sebagai pedoman untuk sikap yang lebih baik. Ayat-ayat tersebut menunjukkan bahwa Nabi Muhammad saw. murni telah melakukan keputusan yang kurang tepat untuk menyelesaikan masalah-masalah pada waktu itu. Munculnya ayat-ayat ‘Itāb menunjukkan bahwa apa yang telah dilakukan beliau tidak sesuai baginya sebagai Rasul Allah. Kesalahan yang ia lakukan berdampak pada kemaksumannya. Berkenaan dengan kemaksumannya tidak dapat diragukan lagi secara historis apalagi ketika terkait dengan konsep al- Ḥasanāh al-Abrār Sayyi’āt al-Muqarrabīn. Namun, meskipun beliau telah melakukan kesalahan, pengampunan dari Allah swt. selalu mengiringinya. Akhirnya, ayat-ayat ‘Itāb dalam al-Qur’an selalu diikuti dengan koreksi dan intruksi meminta pengampunan.
Dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat memberikan kontribusi pemikiran atau dapat menambah informasi dan memperkaya khazanah intelektual Islam, khususnya dalam ayat yang mengandung makna teguran.
Tidak tersedia versi lain