Text
Tesis: Hamzah Qa'i dan Hamzah Wasl dalam QS Al-Baqarah (Tinjauan Kaidah Imla terhadap Mushaf Madinah dan Mushaf Standar Indonesia)
Tesis ini bertujuan untuk mengungkap serta memasyarakatkan sistem
penulisan hamzah qat}’i dan hamzah was}l lengkap dengan cara mengartikulasikannya
sesuai dengan kaidah imla supaya terhindar dari kesalahan dalam penulisan dan
pengartikulasian.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang difokuskan pada penelitian
pustaka (library research) menggunakan pendekatan kaidah imla yakni berupaya
menjelaskan dan mengkaji objek dari segi kaidah imla. Adapun dalam metode
pengumpulan data menggunakan dua jenis data, yaitu: pokok dan instrumen, dengan
teknik kutipan langsung dan tidak langsung. Oleh karena seluruh data yang diolah
bersifat deskriptif, maka metode analisis yang digunakan adalah kaidah analisis isi
(content analisys).
Sistem penulisan/ejaan dalam bahasa Arab ada tiga (3), yaitu: pertama, rasm
‘us\ma>ni> (hanya digunakan dalam penulisan mushaf Alquran sesuai dengan kebijakan
Khalihaf ‘Us\ma>n bin ‘Affa>n), kedua, rasm ‘aru>d} yang digunakan dalam dunia sastra
Arab dan ketiga, rasm imla yang digunakan dalam penulisan secara umum seperti
penulisan buku, artikel dan lain-lain. Terkhusus sistem penulisan huruf hamzah pada
mushaf Alquran, seharusnya mengikuti rasm imla karena bentuk anatomi huruf
hamzah belum dikenal pada masa kekhalifahan ‘Us\ma>n bin ‘Affa>n, akan tetapi
dirumuskan oleh al-Khali>l bin Ah}mad al-Fara>hidi> 40 tahun kemudian setelah
penulisan mushaf ‘u\s\ma>ni (jauh setelah wafatnya Khalifah ‘Us\ma>n bin ‘Affa>n).
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem penulisan huruf hamzah pada
Mushaf Madinah sangat sesuai dengan kaidah imla, sementara pada Mushaf Standar
Indonesia sangat menyelisihi kaidah imla. Salah satu contoh terdapat pada ayat ke-5
dan 6 surah al-Fatihah sebagai berikut:
ِ ا...
Dengan memberi baris kasrah pada hamzah was}l pada kata ,اِْى ِدَنَmaka jika
dibaca sambung dengan ayat sebelumnya, tidak sedikit yang terjebak dan salah
membaca dengan melafalkan ... ...,نَ ْستَعِْيػنُئِْه ِدَنَpadahal seharusnya ......نَ ْستَعِْيػنُػْه ِدَنَxxiii
dengan tidak melafalkan hamzah was}l, dan ini hanyalah salah satu dari puluhan ayat
di dalam Mushaf Standar Indonesia.
Sistem penulisan tanda baca yang dianut oleh Mushaf Standar Indonesia
sebenarnya ditetapkan melalui proses yang cukup panjang, yaitu melalui Musker
(Musyawarah Kerja) para ulama Alquran yang diadakan selama 10 tahun, antara
tahun 1974 – 1984 dengan mengutamakan kemudahan bagi masyarakat muslim
Indonesia untuk membacanya, akan tetapi efek salah baca seperti contoh di atas tak
bisa dipungkiri bahwa itu terjadi di masyarakat kita.
Penulisan tesis ini diharapkan mendapatkan respon positif dari pemerintah
Republik Indonesia dalam hal ini Kementerian Agama Republik Indonesia agar
mempertimbangkan ulang sistem penulisan al-dabt (tanda baca) pada Mushaf
Standar Indonesia terkhusus pada penulisan hamzah qat’i dan hamzah was}l karena
terkesan ‚kurang mendidik‛ dan terkesan menggiring opini masyarakat bahwa alif
dan hamzah itu sama saja, padahal jauh berbeda baik dari sisi anatomi, terlebih dari
sisi penggunaannya.
Tidak tersedia versi lain