Text
TESIS:Jejak Tradisional Sistem Pendidikan Islam pada Pesantren Salafiyah Parappe Kabupaten Polewali Mandar
Disertasi ini membahas tentang jejak tradisional sistem pendidikan Islam di
pesantren Salafiyah Pareppe Polewali Mandar, yang secara kualitatif masih mencoba
untuk bertahan dengan sistem pendidikan tradisional. Pokok permasalahannya adalah
bagaimana jejak tradisional sistem pendidikan Islam di pesantren salafiyah Pareppe
Polewali Mandar. Yang meliputi submasalah: Pertama, bagaimana latar belakang
sejarah lahirnya pesantren Salafiyah Parappe?, kedua, bagaimana sistem pendidikan
pendidikan pada pesantren Salafiyah Parappe kabupaten Polewali Mandar?, ketiga,
Bagaimana upaya pengelola pesantren Salafiyah dalam mempertahankan identitas
tradisionalitasnya dalam sistem pendidikan?, dan keempat, bagaimana respons
masyarakat terhadap sistem pendidikan pesantren Salafiyah?
Penelitian ini adalah jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenalogis. Selain itu digunakan pula pendekatan keilmuan sosiologis. Sumber data penelitian ini terdiri atas sumber data primer data data sekunder, Sumber data data primer
adalah kiai utama pada pesantren dengan sebutan annangguru, sumber data
berikutnya adalah para guru atau kiai muda, pengurus pesentren, para alumni
pesantren Salafiyah Parappe, santri itu sendiri, tokoh masyarakat atau tokoh agama,
pemerintah dan orang tua santri. Sedangkan data sekunder didapatkan dari dokumen
yang ada pada pesantren. Adapun teknik pengumpulan data didapatkan melalui
beberapa teknik seperti observasi, interview dan dokumentasi atau dengan
menggunakan ketiga teknik tersebut. Teknik analisis/pengolahan data menggunakan 4
cara: (1) reduksi data, (2) display data, (3) verifikasi data, dan (4) penarikan
kesimpulan. Pengujian keabsahan data dilakukan dengan perpanjangan pengamatan
dan penigkatan ketekunan serta trianggulasi.
Adapun hasil temuan peneliti, pertama, sejak awal berdirinya sekitar tahun
1970-an memakai sistem mangngaji tudang/halaqah murni yang merupakan kelanjutan dari sistem sebelumnya dan kurang lebih 27 tahun barulah terbentuk organisasi
pengurus, terjadi dinamika, tetapi tetap mempertahankan pola tradisonal. . Kedua, sistem pembelajaran, selain halaqah, bandongan dan sorogan juga klasikal, tetapi kurikulum tetap menggunakan kitab-kitab klasik dengan sistem tabaqat, bagi santri padaxx
level aliyah tidak ada ujian negara. Ketiga, upaya yang dilakukan dalam
mempertahankan tradisionalitas yaitu: perekrutan tenaga pengajar hanya dari
kalangan alumni dan dari pesantren yang memiliki visi yang sama, genealogi
intelektual/kekerabatan dan sistem tabaqat, dengan menikahkan puteri kiai atau
keluarganya dengan santri-santri senior yang memilik keistimewaan dan kelebihan
dalam bidang ilmu dan akhlak. Keempat, respon masyarakat lokal positif merasa
aman dan dianggap sebagai benteng pertahanan budaya yang pada awalnya sebagian
generasi muda melanggar norma agama dan budaya. Masyarakat jauh dengan
memasukkan anaknya ke pesantren dan bantuan fisik.
Implikasi penelitian ini adalah dengan konsistensinya mempertahankan
sistem tradisional, maka pesantren ini tetap eksis dan mendapatkan posisi atau tempat
tersendiri di tengah-tengah masyarakat dan santri yang datang belajar ke pesantren ini
mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Implikasi lain adalah karena pesantren
ini konsisten dengan pembelajaran kitab kuning, maka sebagian santri meskipun
secara formal sudah tamat jenjang pendidikan aliyah, tetapi masih tinggal di
pesantren untuk memperdalam bacaan kitabnya. Demikian pula dengan konsistensi
tersebut pesantren, maka setiap musim libur mahasiswa perguruan tinggi di Makasar
seperti UNHAS, UIN, dan UMI
Tidak tersedia versi lain