Text
TESIS:Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam Tradisi Mabbarasanji Pada Masyarakat Bugis di Kelurahan Watampone Kecamatan Tanete Riattang Kabupaten Bone
Pokok masalah penelitian ini adalah bagaimana nilai-nilai pendidikan Islam
yang terkandung dalam tradisi Mabbarasanji di Kelurahan Watampone Kecamatan
Tanete Riattang kabupaten Bone? Pokok masalah tersebut selanjutnya di–
breakdown ke dalam beberapa submasalah atau pertanyaan penelitian, yaitu: 1)
Bagaimana sejarah dan perkembangan tradisi Mabbarasanji pada masyarakat Bugis
di Kelurahan Watampone Kecamatan Tanete Riattang Kabupaten Bone?, 2)
Bagaimana Pola Hubungan Tradisi Mabbarasanji pada Masyarakat Bugis Kabupaten
Bone dengan Islam, 3) Nilai-nilai apa yang terkandung dalam tradisi Mabbarasanji
dan nilai di dalam kitab al Barzanji serta relevansinya dengan kehidupan saat ini?
Jenis penelitian yang digunakan tergolong kualitatif dengan pendekatan
penelitian yang digunakan adalah pendekatan fenomenologik yakni suatu bentuk
pendekatan yang berusaha untuk mengungkapkan fakta-fakta, gejala dan peristiwa
secara obyektif. Seluruh data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif dengan
beberapa pendekatan yakni historis, sosiologis, sejarah dan budaya serta pendidikan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tradisi Mabbarasanji merupakan
salah satu khazanah kebudayaan Islam yang luar biasa. Keindahan gaya bahasa karya
ulama ahli sastra yang terdiri dari natsar (prosa), nazham (langgam qashidah) itu
bagaikan rangkaian matna mutu manikam. Tradisi Mabbarasanji yang memuat
biografi Nabi Muhammad saw. telah dikenal dan diamalkan semenjak awal-awal
masuknya Islam di kerajaan Bone tepatnya pada masa kerajaan raja La Patau Sultan
Alimuddin dan Syekh Ismail kemudian mengeluarkan kebijakan untuk memunculkan
nilai-nilai Islam ketika melakukan upacara-upacara yang berdampingan dengan
tradisi budaya. Di samping itu, tradisi Mabbarasanji yang mengakar sampai sekarang
ini faktanya banyak memberikan kontribusi sebagai wadah pemersatu ummat dan
perekat sosial yang ikut membangkitkan solidaritas sosial, utamanya dalam merebut
kemerdekaan pada zaman penjajahan. Fakta selanjutnya adalah pada abad ke-18 atau
abad ke-19 pembacaan Barzanji menggantikan pembacaan naskah La Galigo dalam
upacara syukuran. Apabila kita lihat kondisi yang terjadi di lapangan, tampak sangat
jelas bahwa masyarakat Bone, khususnya warga Nahdliyyin (NU) dan warga
pesantren senantiasa berusaha mempertahankan atau melestarikan tradisi Barzanji
yang telah berjalan secara turun temurun. Pergumulan dan interaksi Islam dengan
beraneka macam tradisi termasuk Mabbarasanji akan mengondisikan munculnyaxiv
karakter yang lebih akomodatif dan hal ini semakin menegaskan bahwa Islam secara
teologis, merupakan sistem nilai dan ajaran yang bersifat Ilahiyah dan transenden
Usaha yang dilakukan untuk menjaga kelestarian Mabbarasanji ternyata
membuahkan hasil yang signifikan dan tentu kita apresiasi yang mendalam atas usaha
tersebut karena tradisi Mabbarasanji telah menjadi spirit beragama bagi kaum
muslimin untuk membangkitkan minat melaksanakan shalawat kepada Nabi saw.
Idealnya, Barazanji bukan hanya sebagai rutinitas saja. Esensi maulid Nabi adalah
spirit sejarah dan penyegaran ketokohan Nabi Muhammad saw.
Implikasi penelitian ini adalah sentuhan religiusitas yang dalam lingkup
ummat Islam, tradisi Mabbarasanji seharusnya tetap menyatu dengan Islam karena
kitab al Barzanji telah menemukan jati diri di tengah dinamika perkembangan budaya
masyarakat sebagaimana kedudukannya mengantar ummat ke dalam suatu keyakinan
penuh dan tentu kita berharap tradisi Mabbarasanji akan tetap ada karena puji-pujian
kepada Nabi merupakan ibadah apalagi disampaikan dengan khusyu’. Tradisi
Mabbarasanji sebagai sebuah produk ijtihad budaya para penyiar Islam masa lalu,
banyak mengandung nilai-nilai Islam khususnya pendidikan Islam sehingga sebuah
keharusan menggali nilai-nilai budaya dalam mendesain pelaksanaan pendidikan.
Tidak tersedia versi lain