Detail Cantuman Kembali
TESIS: PENANAMAN SIKAP RELIGIOSITAS PADA INSAN BERKEMAMPUAN KHUSUS (IBK) DI SDIT NURUL FIKRI MAKASSAR
Penanaman sikap religiositas sangat penting ditanamkan pada anak sejak dini,
begitupun bagi insan berkemampuan khusus. Tujuan penelitian ini adalah: 1) Untuk
mengetahui proses penanaman sikap religiositas pada insan berkemampuan khusus di
SDIT Nurul Fikri Makassar, 2) Untuk mengetahui hasil proses penanaman sikap
religiositas pada insan berkemampuan khusus di SDIT Nurul Fikri Makassar, 3)
Untuk mengetahui faktor penghambat dan faktor pendukung penanaman sikap
religiositas terhadap insan berkemampuan khusus di SDIT Nurul Fikri Makassar.
Penelitian ini tergolong jenis penelitian kualitatif deskriptif dengan pendekatan
penelitian pedagogis, psikologi dan religius. Adapun sumber data penelitian ini
adalah kepala Unit LDC (Learning Development Center), GPK (Guru Pendamping
Khusus), aster (asisten terapis), guru TPQ (Taman Pendidikan Qur’an), guru kelas,
dan guru bidang studi PAI (Pendidikan Agama Islam) dengan objek penelitian Insan
Berkemampuan Khusus (IBK) jenis autis 2 orang, ADD (Attention Deficit Disorder)
5 orang, dan ADHD (Attention Deficit Hyperactivety Disorder) 4 orang. Selanjutnya
metode pengumpulan data yang digunakan adalah observasi non partisipan,
wawancara mendalam, dan dokumentasi. Lalu, teknik pengolahan dan analisis data
dilakukan dengan melalui tiga tahapan, yaitu reduksi data, penyajian data, dan
penarikan kesimpulan.
Hasil penelitian ini menunjukkan sikap religiositas pada insan berkemampuan
khusus di SDIT Nurul Fikri Makassar dimulai dengan membuat perencanaan.
Perencanaan bagi anak autis, ADHD, dan ADD seperti tersedianya unit LDC yang
menangani IBK, melakukan asesmen awal, menentukan kurikulum yang sesuai
seperti anak autis menggunakan kurikulum omisi, anak ADHD menggunakan
kurikulum modifikasi dan omisi, sedangkan anak ADD menggunakan kurikulum
modifikasi, kemudian membuat perangkat pembelajaran PPI (Program Pembelajaran
Individu), program keagamaan, menyiapkan sarana dan prasarana serta media.
Prosesnya adalah selama di sekolah IBK selalu didampingi oleh GPK dan mengikuti
setiap kegiatan kelas reguler. Cara mengajar IBK dengan menjelaskan kemudian
mempraktikkan langsung, dibimbing secara verbal dan gestur, dilakukan secara
berulang dan konsisten sehingga menjadi pembiasaan, memberikan keteladanan, dan
penguatan. Setelah itu dievaluasi dengan melakukan penilaian program harian,
evaluasi proses dua pekan sekali, evaluasi program per tiga bulan. Rapor untuk IBK
memiliki 4 rapor penilaian yaitu rapor dari kelas reguler, dan dari unit LDC berupa
rapor narasi, rapor deskriptif, dan rapor terapi. Adapun hasilnya dalam hal ritual
keagamaan dan akhlak mereka bisa melakukannya dengan instruksi dan ada juga
yang sudah bisa mandiri karena faktor pembiasaan, untuk pembelajaran al-Qur’an
dan hadis mereka sudah mampu membaca, dan menulis huruf hijaiah, menghafal
surah pendek, hadis-hadis hafalan, dan doa-doa harian walaupun butuh waktu lebih lama. Sedangkan untuk akidah mereka sulit memahami karena butuh contoh konkret
untuk memahami sesuatu. Faktor pendukungnya adalah pelatihan guru-guru, GPK
dan aster, setiap IBK memiliki guru pendamping dan aster, adanya program terapis,
sarana dan prasarana, kerja sama antara guru dan orang tua, teman sejawat, teman
kelas, mood anak yang baik, media yang mendukung proses pembelajaran, dan
konsistensi GPK. Sedangkan faktor penghambatnya adalah tidak konsisten antara
pembelajaran di sekolah dengan di rumah, mood anak yang tidak baik, mata pelajaran
yang terlalu banyak, kondisi kelas yang ribut akan membuat anak susah untuk fokus
belajar, dan permasalahan pembelajaran selama masa pandemi COVID-19 seperti
keterbatasan waktu sehingga tidak memungkinkan untuk dibimbing secara langsung,
sulit untuk menanamkan pembiasaan, dan ketersediaan media.
Implikasi penelitian ini adalah: 1) membuat program keagamaan khusus untuk
IBK agar beban yang diberikan tidak sama dengan anak reguler. 2) untuk pelaksanaan,
bagi pemerintah sebaiknya mengkaji ulang pembelajaran daring atau luring bagi IBK
karena tidak efektif bagi IBK, 3) evaluasi pembelajaran sebaiknya membuat penilaian
sikap keagamaan bagi IBK. Adapun hasilnya IBK mampu melakukan ritual
keagamaan walaupun tidak memahami maknanya, olehnya itu orang-orang yang di
sekitar IBK harus menjadi teladan bagi mereka.
Kata kunci: Sikap religiositas, IBK, sekolah inklusi.
Kasmawati - Personal Name
375
375
Text
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
2021
PASCASARJANA UINAM
LOADING LIST...
LOADING LIST...