Detail Cantuman Kembali
DISERTASI: REKONSTRUKSI KAIDAH KESAHIHAN MATAN DAN IMPLIKASINYA TERHADAP HADIS RIWAYAH BI AL-MA‘NA
Para pakar hadis terdahulu tidak menetapkan indikator dari masing-masing
sya>z\ dan „illah dalam karya-karya mereka, yang bisa dijadikan ukuran terjadinya
kecacatan dalam matan hadis. Generasi pakar hadis berikutnya, merumuskan beberapa
hal yang bisa menyebabkan kecacatan sebuah matan hadis. Namun, perumusan tersebut
berupa indikator yang berdiri sendiri tanpa masuk dalam kategori sya>z\ dan „illah.
Sedangkan pakar yang memasukkan indikator penyebab kecacatan matan hadis dalam
kategori sya>z\ dan „illah, mengalami ketertukaran. Dengan demikian, terjadi ambiguitas
dalam kaidah kesahihan matan yang memerlukan rekonstruksi. Pokok masalah dari
penelitian ini adalah bagaimana konsep kesahihan matan serta tolok ukurnya sehingga
menjadi sebuah kaidah yang baku serta berdampak akuratif dan efektif?. Selain itu,
dominasi periwayatan secara makna dalam menyampaikan hadis, memiliki relevansi
untuk mengidentifikasi validitas dan orisinalitas hadis bersumber dari Nabi saw. melalui
kaidah kesahihan matan.
Jenis kajian ini merupakan penelitian kepustakaan (library research) yang
kualitatif. Cara kerjanya adalah dengan menganalisi data dan menyesuaikan dengan
variabel-variabel tertentu. Untuk pengolahan data, penelitian ini menggunakan teknik
analisa isi dengan cara diskriptif dan verifikatif. Dalam melakukan rekonstruksi kaidah,
penelitian ini menggunakan pendekatan mulitidisipliner, seperti ilmu hadis dengan ilmu
sejarah dan linguistik, serta memakai aqliyah, h}issiyah serta intuisi sebagai dasar
penganalisaannya. Rekonstruksi kaidah kesahihan matan hadis dalam penelitian ini
mengacu kepada theory of textuality. Untuk identifikasinya menggunakan langkahlangkah
teori
isnad
cum
matan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kaidah kesahihan matan yang baku
menyatakan bahwa matan hadis yang sahih harus terhindar dari sya>z\ dan „illah.
Sedangkan indikator keduanya adalah: Bertentangan dengan al-Qur‟an atau dengan hadis
yang juga sahih, bertentangan dengan fakta sejarah yang berkualitas sahih dan
bertentangan dengan akal sehat secara ijma>„ merupakan indikator sya>z\. Sedangkan
matan hadis yang mengalami keterbalikan (al-qalb), mengandung sisipan (idra>j),
mengalami penambahan (ziya>dah), mengalami perubahan bunyi huruf (al-tah}ri>f)
merupakan indikator „illah. Selain dua hal tersebut, intertekstual (muna>sabah)
menunjang akurasi kaidah kesahihan matan.
Implikasi kaidah kesahihan matan melahirkan eksklusifitas dalam menerima dan
mengamalkan hadis, baik secara teologis, madzhab fiqih maupun sebatas dalam
pemahaman. Eksklusifitas dalam penerimaan dan pengamalan hadis ini bisa dieliminir
atau diminimalisasi dengan menggunakan intertekstual (muna>sabah) sebagai cara
memahami hadis-hadis yang tampak saling berbeda secara redaksi sekaligus substansi.
Amir Mahmud - Personal Name
2X2
2X2
Text
Indonesia
ILMU HADIS
2019
PASCASARJANA UINAM
LOADING LIST...
LOADING LIST...