Detail Cantuman Kembali
DISERTASI: RITUAL DALAM TRADISI MAPPANRETASI NELAYAN BUGIS DI PAGATAN KABUPATEN TANAH BUMBU KALIMANTAN SELATAN (Akulturasi Islam dengan Budaya Lokal)
Tujuan penelitian ini adalah; Pertama, mendeskripsikan dan menganalisis latar belakang keberadaan suku Bugis dan ritual mappanretasi di Pagatan. Kedua. mendeskripsikan dan menganalisis perkembangan tata cara pelaksanaan ritual mappanretasi. Ketiga, mendeskripsikan dan menganalisis proses transformasi unsur-unsur Islam dalam ritual mappanretasi melalui teori akulturasi.
Jenis penelitian adalah field research dengan menggunakan pendekatan historis, antropologi, dan sosiologi agama. Adapun pengumpulan data dalam penelitian ini diperoleh melalui wawancara, observasi dan telaah karya penelitian, dokumen maupun buku-buku karya ilmiah lainnya. Data yang diperoleh kemudian diverifikasi, diinterpretasi, diolah dan di analisis secara deskriptif-kualitatif.
Hasil penelitian ini terungkap bahwa terjadi dua periodisasi penghijrahan suku Bugis; pertama, penghijrahan suku Bugis pada pertengahan abad ke XVII, karena adanya faktor pendorong, suku Bugis berprinsip bahwa nasib mereka akan menjadi lebih baik jika bermigrasi, di samping itu situasi politik internal di wilayah Sulawesi Selatan yang tidak stabil, di kalangan bangsawan Bugis sendiri sering terjadi sengketa karena masing-masing menganggap lebih berhak mewarisi kerajaan dan bahkan terjadi perang antar daerah; kedua, penghijrahan dan kedatangan sekaligus mendirikan Kerajaan Pagatan yakni suku Bugis Wajo. Pasca ditandatangani perjanjian Bongaya 18 November 1667 menyebabkan ketidaknyaman penduduk tinggal di Sulawesi Selatan dan adanya falsafah hidup mereka bahwa maradeka to Wajoe’e, penghijrahanpun berlanjut sampai abad ke XVIII. Pelaksanaan ritual mappanretasi terdapat tiga versi; pertama, versi Muhammad Shaleh dimulai pada tahun 1850; kedua, versi Syarifuddin R dimulai pada tahun 1901 diprakarsai Kepala Toa La Muhamma dan mendapat dukungan Raja Arung Abdurrahman Andi Sallo 1893-1908; ketiga, versi Andi Satri Jaya dimulai akhir abad ke XIX dan awal abad ke XX. Mappanretasi mengandung makna memberi makan di laut atau sebuah aktivitas ritual yang dilakukan turun ke laut dengan membawa sajian untuk dimakan bersama sebagai ungkapan syukur kepada Allah swt, atas rezeki yang diperoleh dari hasil tangkapan ikan. Perkembangan tata cara pelaksanaan dibagi tiga periode; pertama, periode tradisional adanya pertentangan dengan ajaran Islam; kedua, periode transisi masih kental sinkretisnya; ketiga, menggeser hal-hal yang berbau kemusyrikan ke unsur-unsur Islam. Realitas bentuk akulturasi dilihat dari tiga sisi; pertama, tujuan pelaksanaan ritual mappanretasi; kedua, penggunaan simbol dalam ritual mappanretasi; ketiga, ritual mappanretasi sebagai wadah menjalin silaturrahim.
Implikasi penelitian pertama, semakin menambah keyakinan bahwa dibalik kesuksesan para nelayan ada intervensi dari Allah swt, oleh karena itu kita wajib mensyukurinya melalui acara tahunan mappanretasi; kedua, tradisi mappanretasi ini menjadikan Tanah Bumbu sebagai pelabuhan budaya bagi seluruh suku yang ada oleh karena banyaknya suku yang mendiami kota Pagatan baik domestik maupun mancanegara; ketiga, tradisi mappanretasi mengangkat nama kota Pagatan sebagai kota wisata budaya yang diakui secara nasional dan internasional, hal ini bisa dilihat dari diangkatnya tradisi mappanretasi ke dalam kalender wisata ASEAN dan sekaligus menjadi aset daerah.
Abu Haif - Personal Name
2X9 ABU r
2X9
Text
Indonesia
SEJARAH DAN PERADABAN ISLAM
2017
PASCASARJANA UINAM
LOADING LIST...
LOADING LIST...