Detail Cantuman Kembali
DISERTASI: TASAWUF SUNN´ DAN FALSAF´´ : IMPLEMENTASINYA TERHADAP TAREKAT Q²DIRIYAH DALAM SUDUT PANDANG TEOLOGIS DI MAJENE SULAWESI BARAT
Disertasi ini adalah kajian teologis tentang Tasawuf Sunnî dan Falsafî
dengan fokus penelitian pada tarekat Qâdiriyah di Majene Sulawesi Barat. Studi
ini dimaksudkan untuk menganalisis lebih dalam lagi tarekat ini dalam konteks
teologis. Dengan kata lain ingin mengamati secara cermat apakah tasawufnya
murni Sunnî atau Falsafî, ataukah kombinasi antara keduanya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tarekat Qâdiriyah ternyata,
kombinasi antara tasawuf Sunnî dengan Falsafî, yang justru selama ini hanya
diklaim Sunnî. Untuk memperkuat pendapat ini dapat dilihat sebagai berikut: 1.
Penganut tarekat Qâdiriyah ketika melaksanakan wirid, mereka menghadirkan
guru tarekat secara gaib, mereka fanâ kepada syekh-nya sebagai awal masuk
pintu fanâ kepada Allah. 2. Penganut tarekat ini setelah membaca wirid mereka,
maka diajarkan oleh syekh membayangkan dirinya dalam keadaan fanâ diliputi
dunia dengan segala isinya dengan paham Nûr Muhammad. 3. Untuk mencapai
kategori manusia tertinggi harus mengalami empat tahap perkembangan
spritual: a. Meyakini Tuhan dengan totalitas dan menjalankan ajaran agama
dengan baik, b. Memenuhi kebutuhan dasarnya tetapi menahan diri dari
kehidupan hedonistik, c.Tawakkal: berserah diri secara total kepada Tuhan, d.
Fanâ: kondisi seseorang amat dekat dengan Tuhan dan bahkan menyatu
dengan-Nya. 4. Aliran ini, setiap kali mengakhiri kegiatan spritualnya, maka ia
harus konsentrasi membayangkan dirinya fanâ, 5. Pernyataan tokoh penting
dalam tarekat ini mengenal praktek-praktek kedekatan atau mengakui adanya
kasyf bahkan lebih dari itu mereka menganut paham fanâ, sekalipun tidak
semua orang dapat sampai pada posisi puncak tersebut. 6. Pernyataan dari
putra K. H. Muh Shaleh (K.H. Ilham Shaleh), ia merupakan tokoh kunci dan
representasi dari tarekat tersebut menyatakan, dari segi aqidah, tarekat ini
menganut paham Sunnî, sedangkan dalam konteks pemikiran ia berhaluan
Falsafî (ia sebut sebagai al-Fikri al-Falsafî al-Hadî£ah). Bahkan dalam konsep
ajaran tarekat ini, oleh Syekh Abd. Qâdir Jailani (470-561) berusaha untuk
dekat bukan hanya sampai kepada tingkatan ma'rifah, bahkan menjadi fanâ
(lebur) di dalam-Nya.
MUSTAMIN GILING - Personal Name
2X5 MUS t
2X5
Text
Indonesia
PEMIKIRAN ISLAM
2010
PASCASARJANA UINAM
LOADING LIST...
LOADING LIST...