Detail Cantuman Kembali

XML

DISERTASI: EPISTEMOLOGI VALIDITAS HADIS DALAM TINJAUAN SYI’AH-SUNNI


Penelitian disertasi ini berangkat dari fokus permasalahan
bagaimana epistemologi validitas hadis dalam tinjauan Syi‟ah dan
Sunni? dengan batasan masalah Bagaimana epistemologi validitas
hadis dalam tinjauan Syi‟ah dan Sunni? Bagaimana persamaan dan
perbedaan epistemologi validitas hadis dalam pandangan Syi‟ahSunni?
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mendeskripsikan
epistemologis validitas hadis dalam tataran Syi‟ah-Sunni; (2)
Menginventarisir tolok ukur (parameter) yang selama ini telah
dijadikan paradigma dalam pengujian epistemologi validitas hadis di
antara Syi‟ah-Sunni; (3) Mengindentifikasi dan menverifikasi
perbedaan metodologis dalam epistemologi validitas hadis di antara
Syi‟ah-Sunni dan (4) Mengexplorasi, menverifikasi dan merekonstruksi
epistemologis validitas hadis; (5) Mencari titik temu atau mendialogkan
epistemologis validitas hadis antara Syi‟ah Sunni, atau kompromi
antara aspek spiritual dan historical.
Berdasarkan obyeknya, penelitian ini bersifat library research
atau penelitian penelitian filsafat model historis-faktual mengenai
tokoh atau kelompok, dengan pemikiran Sunni dan Syi‟ah sebagai
obyek materialnya, dan konsep epistemologi sebagai bagian dari
seluruh kerangka pemikiran tersebut sebagai objek formal. Metode
yang digunakan adalah metode sejarah (historic-method) dengan
langkah-langkah heuristik, kritik, interpretasi dan historiografi;
dan pendekatan filosofis.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan
dan persamaan epistemologi validitas hadis antara Syi‟ah Sunni.
Pertama, perbedaan dalam konteks sumber hadis yang
berimplikasi pada definisi hadis. Dalam Syi‟ah, selain ucapan,
perbuatan dan taqr³r Nabi saw., ucapan para imam pun merupakanxiii
bagian dari hadis sebagai implikasi dari doktrin im±mah dan i¡mah.
Sedangkan hadis dalam pengertian Sunni hanya bersumber dari Nabi
saw. Ucapan dan ijtihad imam atau sahabat dan tabi‟in dalam Sunni
hanya bernilai mauq-f dan maq¯­’ Tidak semua sahabat Nabi saw.
menjadi sumber hadis bagi Syi‟ah, berbeda dengan Sunni. Kedua,
Syi‟ah dan Sunni berbeda dalam tataran pembagian hadis dalam
perspektif kualitas, sedangkan pada tataran kuantitas sama yakni
terbagi kepada dua yakni mutawatir dan ahad. Syi‟ah membagi hadis
ahad dalam tinjauan kualitas kepada empat bagian yakni sahih, hasan,
muwa££aq dan dhaif. Selanjutnya hadis sahih dibagi lagi kepada tiga
bagian yakni al-A’l±, al-Aus±¯ dan al-Adn±. Sedangkan Sunni
membagi hadis dari aspek kualitas kepada tiga saja yakni sahih, hasan,
dan dhaif. Kemudian hadis sahih dibagi kepada dua bagian yakni ¡a¥³¥
li z±tih dan ¡a¥³¥ li ghairi, demikian pula hadis hasan. Ketiga, Syi‟ah
tidak meriwayatkan hadis dari semua sahabat kecuali beberapa
sahabat, berbeda halnya dengan Sunni. Konteks ini memunculkan
sahabat dalam perspektif Syi‟ah tidak bebas kritik, berbeda halnya
dengan mayoritas Sunni yang mendukung teori semua sahabat adil.
Keempat, proses transmisi hadis.
Berdasarkan kerangka teori yang berkaitan dengan apa yang
disebut dengan pembenaran epistemik secara “internal dan “eksternal”,
maka internalisme dan eksternalisme memiliki konsepsi umum tentang
justifikasi, yaitu berupaya membedakan antara pengetahuan dari
keyakinan yang benar, yang bukan merupakan pengetahuan. Konteks
ini dapat disimpulkan bahwa Syi‟ah dalam relasi antara keyakinan dan
pengetahuan, mereka mengasumsikan pembenaran epistemik secara
internal. Yaitu justifikasi epistemik yang bertolak dari states of mind
(kerangka pikir). Hal ini menunjukkan bahwa Syi‟ah berdasar pada
doktrin teologis yakni doktrin im±mah dan i¡mah serta kepeduliannya
terhadap sanad. Melalui pembenaran internal di atas, Syi‟ah dapat
menformulasikan seperangkat prinsip epistemik yang
memungkinkannya untuk mengetahui bahwa keyakinannya terhadap
kebenaran hadis bisa dijustifikasi.
Sedangkan Sunni menguji kebenaran tentang keyakinan dan
kebenaran hadis dengan “justifikasi eksternal”. Sunni mengambil
justifikasi konsepsinya (hadis dengan tetap mengakui eksistensi paraxiv
sahabat berdasarkan kaidah al-¡a¥±bah kulluhum ‘ud­l (mereka semua
[sahabat] adalah adil). Sementara Syi‟ah tidak mengakui eksistensi
semua sahabat sebagaimana Sunni, kecuali yang masih ada keturunan
Nabi dari jalur „Ali.
Rekonstruksi epistemologi validitas hadis harus dilakukan agar
epistemologi yang ada dapat diaplikasikan oleh siapa saja.
Rekonstruksi yang penulis tawarkan hanya dua yakni; a)
ketersambungan sanad yang berangkat dari asumsi dasar bahwa
dengan terjadinya ketersambungan sanad, maka terjadi pengakuan
antara guru dan murid dalam sebuah mata rantai sanad. Jika seorang
guru yang £iqah dalam silsilah sanad mengakui bahwa periwayat yang
berada dibawahnya adalah muridnya, maka secara tidak langsung
murid tersebut juga £iqah. Penilaian pada kualitas dan kapabilitas
periwayat dalam ketersambungan sanad harus menggunakan
pendekatan keilmuan modern seperti antropologi, sosiologi dan
psikologi; b) kesesuaian hadis dengan al-Qur‟an dengan asumsi posisi
hadis yang merupakan bayan dari al-Qur‟an. Selain itu, penyebutan
syarat terhindar dari sya§ dan ‘illah serta pemaknaannya secara
implisit harus ditinjau ulang, dengan memaknai bahwa sebuah matan
hadis yang sya© dan ‘illah adalah matan hadis yang bertentangan
dengan al-Qur‟an. Selain itu, apresiasi penggunaan teori-teori yang
dikemukakan oleh para sarjana Barat perlu dipertimbangkan.
La Ode Ismail Ahmad - Personal Name
2X2 LAO e
2X2
Text
Indonesia
2009
PASCASARJANA UINAM
LOADING LIST...
LOADING LIST...