Detail Cantuman Kembali

XML

Disertasi: Hadis-hadis penafsiran Ayat tentang hak dan kewajiban Suami Istri dalam Al-Tabarin (STUDI KUALITAS DAN RELEVANSI KANDUNGANNYA)


Tafsir bi al-ma’s\u>r merupakan bentuk tafsir yang penjelasannya didasarkan pada Alquran, riwayat Nabi saw. atau sahabat. Karenanya, menurut Ibn Taimiyyah, tafsir ini merupakan jenis penafsiran terbaik dan diantara tafsir bi al-ma’s\u>r yang paling valid adalah tafsir al-T{abari>. Hal ini dikarenakan al-T{abari> menggunakan rangkaian sanad yang kuat. Namun, masih menurut Ibn Taimiyyah, tidak seluruh riwayat yang ada dalam tafsir al-T{abari> berkualitas sahih, ada pula yang daif bahkan maud}u>’. Meski demikian, al-T{abari> tidak menjelaskan kualitas hadis-hadisnya.
Sebagaimana maklum, Nabi saw. hanya menjelaskan sebagian kecil makna ayat sedang mayoritasnya merupakan penafsiran mufassir baik dengan menggunakan Alquran, hadis maupun perkataan sahabat. Karenanya, penafsiran ayat dengan hadis dalam tafsir bi al-ma’s\u>r mayoritasnya merupakan ijtihad mufassir dalam menempatkan hadis sebagai tafsir atas ayat tertentu. Penempatan hadis tersebut boleh jadi relevan namun dapat juga tidak relevan. Berdasarkan kenyataan ini perlu dikaji kualitas hadis al-T{abari> dan relevansinya dalam penafsiran terutama terkait dengan hadis yang menafsirkan ayat hak dan kewajiban suami isteri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas hadis dan relevansinya dalam menafsirkan ayat hak dan kewajiban suami isteri.
Penelitian ini murni kepustakaan dengan menggunakan metode kritik hadis sebagai sarana menilai kualitas hadis. Sedang penilaian relevansi menggunakan tiga tolok ukur yakni kualitas hadis, tafsir nabawi dan kesamaan konten antara hadis dan ayat. Dalam rangka analisis data maka digunakan pendekatan teologis-normatif, historis dan hermeneutik.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas hadis dalam tafsir al-T{abari> mencakup tiga kategori, yakni: sahih, hasan dan daif. Dari 26 hadis yang diteliti, hadis sahih ada 14, hadis hasan ada 6 dan hadis daif ada 6. Apabila jumlah tersebut dipersentasekan maka hadis sahih ada 53,8%, hadis hasan ada 23% dan hadis daif ada 23%. Ada dua aspek yang menyebabkan kedaifan riwayat al-T{abari>, yaitu: kecacatan periwayatnya dan ketidakbersambungan sanadnya. Dari kecacatan periwayatnya terdapat dua hadis dengan sebab tertuduh meriwayatkan hadis maud}u>’ dan periwayat yang dinilai daif. Adapun karena ketidakbersambungan sanadnya berjumlah empat hadis. Tiga hadis dinilai mursal dan satu hadis dinilai mauqu>f.
Terkait relevansi antara hadis dengan ayat, dengan menggunakan tiga tolok ukur relevansi menunjukkan bahwa dari 26 hadis yang diteliti, sebanyak 20 hadis dinilai relevan dalam menafsirkan ayat. Kerelevanan hadis tersebut diukur dari kesahihan hadisnya dan kesamaan konten antara hadis dan ayat. Sisanya, 6 hadis dinilai tidak relevan. Ketidakrelevanan hadis tersebut karena kedaifan periwayatnya meski kandungan matannya sejalan dengan makna ayat.
Hasil penelitian ini menegaskan kembali pernyataan Ibn Taimiyyah bahwa hadis dalam tafsir al-T{abari> tidak seluruhnya berkualitas sahih namun ada juga yang hasan, daif bahkan maud}u>’. Namun demikian, persentase hadis maqbu>l dalam kitab tersebut yakni 77% lebih banyak dibanding hadis daif yakni 23%. Hal ini juga menegaskan pernyataan Ibn Taimiyyah bahwa tafsir al-T{abari> adalah tafsir paling valid dalam hal periwayatan. Sementara itu, dengan tingkat relevansi yang tinggi yakni sekitara 77% menunjukkan bahwa penafsiran al-T{abari> tidaklah patriarki sebagaimana dituduhkan sebagian orientalis.
Sedikitnya jumlah hadis yang dikaji dan terbatasnya tema bahasan menjadikan kajian ini sangatlah sempit. Perlu adanya kajian lebih lanjut, jauh dan luas terkait hadis yang terdapat dalam tafsir al-T{abari> sehingga dapat diketahui kualitas hadis al-T{abari> sesungguhnya. Hal ini perlu dilakukan karena tafsir al-T{abari> menjadi rujukan bagi mufassir bi al-ma’s\u>r yang datang sesudahnya.

HAIRUL HUDAYA - Personal Name
2x1 HAI h
2x1
Text
Indonesia
2013
PASCASARJANA UINAM
LOADING LIST...
LOADING LIST...