Detail Cantuman Kembali

XML

DISERTASI: KEBUDAYAAN ISLAM DALAM SISTEM PENGETAHUAN SEKSUALITAS MASYARAKAT BUGIS (KAJIAN FILOLOGI KONTEKSTUAL LONTARA ASSIKALAIBINENG)


Penelitian ini mengkaji tentang kebudayaan Islam dalam sistem pengetahuan seksualitas
masyarakat Bugis perihal pewarisan dan kontekstualisasinya dalam naskah lontara
Assikalaibineng yang bertujuan untuk melihat Bagaimana Kontekstualisasi Kebudayaan
Islam dan Sistem Pengetahuan Seksualitas Masyarakat Bugis berbasis Lontara
Assikalaibineng. Penelitian ini disusun dalam 3 sub masalah yakni: (1) Bagaimana Sistem
Pengetahuan Seksualitas Bugis dalam Teks Lontara Assikalabineng? (2) Bagaimana Sistem
Pewarisan Pengetahuan assikalaibinengeng pada Masyarakat Bugis?. (3) Bagaimana
Kontekstualisasi Kebudayaan Islam dalam Sistem Pengetahuan Seksualitas Bugis?.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan filologi kontekstual. Teknik
pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, observasi, dan dokumentasi. Secara teknis
proses wawancara khusus dilakukan melalui tahapan “Mapparape” atau mendekatkan peneliti
secara emosional dan secara kebudayaan kepada informan. Karena ilmu ini adalah ilmu yang
bagi orang Bugis masih disakralkan. Mapparape’ menjadi penting, karena dalam proses
pewarisannya, ilmu pengetahuan Assikalaibineng tidak bisa begitu saja dibaca dan diajarkan
kepada masyarakat luas. Selain itu, dibutuhkan pula kesigapan mental, dan fisik, serta
ketekunan dan kesungguhan dari pihak yang ingin mempelajari ilmu ini. Oleh karena itu,
dalam pelaksanaannya, peneliti juga bertindak sebagai subjek pencari ilmu pengetahuan
dengan kesungguhan, atau dalam konteks Bugis disebut Makkanre Guru supaya data penting
yang menjadi fokus kajian penelitian ini dapat diperoleh.
Hasil Penelitian menunjukkan: Pertama, Sistem Pengetahuan Seksualitas Bugis dalam Teks
Naskah Assikalabineng dibangun atas 23 cakupan pokok bahasan yang menjelmakan sebuah
kesatuan tata cara bersenggama dengan segala keteraturan dan keseimbangan, serta doa dan
kekhusyukan yang terkandung di dalamnya. Kedua, sebagai sebuah kearifan lokal,
pengetahuan seks diwariskan dalam tata krama dan sistem kebudayaan Bugis yang juga
banyak dipengaruhi oleh religiositas Islam. Perangkat utama pewaris ilmu pengetahuan ini
dikenal dengan sebutan To Acca, To Panrita, atau Surie. Setidaknya ada 3 tingkatan pewarisan
Ilmu assikalaibineng: 1) Dipalennekang (dipl EnEk), diletakkan atau diajarkan secara rinci,
2) Dipabbiringeng (dipbiriGE) atau (diptrimai) dipattarimai, dimana pengetahuan ini
diturunkan dengan cara-cara khusus kepada anggota keluarga yang dianggap telah siap
menerimanya, atau melalui amnrE (Ammanareng), dipilih salah seorang dari kerabat secara
sengaja untuk diwariskan ilmu pengetahuan ini. 3) npoewerai (napowerei), bahwa ilmu
assikalaibineng diperoleh begitu saja dengan sendirinya tanpa perantara guru, karena ilmu ini
sudah ditakdirkan kepadanya. Biasanya ilmu itu diperolehnya hanya melalui mimpi. Hal ini
menunjukkan bahwa sesungguhnya Assikalaibineng itu sendiri tidak sepi dari nilai-nilai
spiritual. Ketiga, assikalaibineng sebagai sebuah sistem pengetahuan dapat menjadi sarana
penopang penguatan nilai-nilai keagamaan dan kearifan nusantara dalam membangun
peradaban bangsa. Posisi ini kemudian menjadi bagian penting untuk pemajuan kebudayaan.
Penguatan dan pemahaman nilai, serta karakteristik yang ideal dalam sistem pengetahuan ini menunjukkan sebuah kearifan dan kebutuhan atas kebahagiaan, sasarannya adalah
kenikmatan dan kekhidmatan sebagai manifestasi rahmat Tuhan. Memahami dan berkhidmat
pada sistem pengetahuan ini secara tekstual dan kontekstual potensial menjanjikan pribadi
ata manrapi, kehidupan rumah tangga yang harmonis, aman, damai, sejahtera.
Implikasi penelitian ini menunjukkan bahwa pemahaman kontekstual terhadap naskah
Assikalaibineng dapat menjadi bagian integral pengembangan nilai kemanusiaan, serta
memiliki andil besar dalam membangun modal sosial dan pemberdayaan masyarakat melalui
kemandirian pengetahuan. Ilmu pengetahuan yang terkandung dalam manuskrip
Assikalaibineng menunjukkan karakteristik dan identitas dasar pengetahuan ini sebagai
pedoman hidup yang mencerminkan penguatan komunitas. Islam adalah faktor penting dalam
pewarisan dan perkembangan ilmu pengetahuan ini sebagai manifestasi corak keberagamaan
Islam nusantara. Pemahaman mendalam terhadap pengetahuan Assikalaibineng adalah oase
di tengah maraknya tindak kekerasan seksual, perilaku seksual menyimpang di tengah
masyarakat. Secara teknis administratif, sistem pengetahuan ini juga dapat dijadikan sebagai
materi Bimbingan Perkawinan.
Kata Kunci: lontara Assikalaibineng, sistem pengetahuan seksualitas, kamasutera bugis
ABU MUSLIM - Personal Name
2X9
2X9
Text
SEJARAH DAN PERADABAN ISLAM
2023
PASCASARJANA UINAM
LOADING LIST...
LOADING LIST...